Kamis, 30 Oktober 2014

RAIN RAIN RAINO !!


Tak tau harus memulai darimana , seperti tak berawal kisah ini pun terikrar.
Sampai sekarang tak ada alasan yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu , yang ada hanya impian tentang hari esok bersama. 
Dia pria yang dulu aku acuhkan berubah menjadi yang paling aku khawatirkan. 
Seperti matahari senja yang menghilang tertutup malam, iya kembali hadir bersama embun dipagi hari. Penyesalan kisah lalu berulang mampir mengingatkan betapa bodohnya aku, tapi kesungguhannya seperti pupuk yang membuat semua ini menjadi lebih lurus. 
Aku takkan pernah sampai hati membuat lukanya kembali menganga. 
Dia adalah hujan untukku, yang datang membersihakan sisa-sisa lumpur pilu yang takkan aku simpan lagi. Dia adalah hujan yang siap membasahi kekeringan jiwa. 
Semoga tetasan hujanku tetap menjadi music merdu di atapku. 

THROWBACK 2012


YOU'LL NEVER KNOW HOW HARD I TRY TO FIXING YOU AND I NEVER EVER LETTING YOU GO AGAIN FROM MY COMFORT ZONE



























Sabtu, 08 Februari 2014

sampai kapan



Seperti tetesan air hujan yang jatuh dari langit jatuh keatap , mengalir sampai kedahan pohon , menetes ketanah dan tanpa pernah tau kemana lagi dia akan membiarkan dirinya mengalir. tanpa tau kemana akan bermuara , tanpa tau kemana nantinya iya berakhir , apakah teresap tanah , ataukah tertahan pada genangan atau menghilang bersama arus selokan. Seperti hati , dia tak pernah tau kemana dan bagaimana dia akan berakhir. Apakah harus bersabar menunggu langit mendung itu berubah menjadi cerah? Ataukah memilih pilihan-pilihan yang sengaja disediakan. Membiarkan basah karena hujan , ataukah mengambil payung dan terus berjalan tanpa menghiraukan hujan. Seandainya saja semua pilihan itu bisa dengan mudah dipilih , seandainya saja hati bisa lebih ikhlas membuka pintunya. Aku tak mau dibodohi oleh hatiku sendiri , tapi aku juga tidak sekuat itu mampu melepaskan begitu saja cinta yang terlanjur lama menyatu dengan jiwa ini. Apa yang seharusnya aku pilih? Apa yang seharusnya aku lakukan ? seperti berjalan pada jalan yang panjang dan tak tau berapa kilometer lagi perjalan ini berakhir. Yang terasa hanyalah lelah , ingin istirahat dan menunggu tumpangan. Tapi kaki seakan masih ingin berjalan dan bertahan dalam penantian yang tak pasti ini. Tuhan..sampai kapan penantian ini? Sampai kapan aku membodohi diri sendiri seperti ini? Sampai kapan aku merawat cinta ini? Sampai kapan aku membiarkan dirinya hidup dalam hati dan pikiran ini? Sampai kapan aku membiarkan dia mengunci hati ini? Dan mengapa dia seperti tau tapi berpura-pura tidak tau?