Seperti tetesan air hujan yang
jatuh dari langit jatuh keatap , mengalir sampai kedahan pohon , menetes
ketanah dan tanpa pernah tau kemana lagi dia akan membiarkan dirinya mengalir.
tanpa tau kemana akan bermuara , tanpa tau kemana nantinya iya berakhir ,
apakah teresap tanah , ataukah tertahan pada genangan atau menghilang bersama
arus selokan. Seperti hati , dia tak pernah tau kemana dan bagaimana dia akan
berakhir. Apakah harus bersabar menunggu langit mendung itu berubah menjadi
cerah? Ataukah memilih pilihan-pilihan yang sengaja disediakan. Membiarkan
basah karena hujan , ataukah mengambil payung dan terus berjalan tanpa
menghiraukan hujan. Seandainya saja semua pilihan itu bisa dengan mudah dipilih
, seandainya saja hati bisa lebih ikhlas membuka pintunya. Aku tak mau dibodohi
oleh hatiku sendiri , tapi aku juga tidak sekuat itu mampu melepaskan begitu
saja cinta yang terlanjur lama menyatu dengan jiwa ini. Apa yang seharusnya aku
pilih? Apa yang seharusnya aku lakukan ? seperti berjalan pada jalan yang panjang
dan tak tau berapa kilometer lagi perjalan ini berakhir. Yang terasa hanyalah
lelah , ingin istirahat dan menunggu tumpangan. Tapi kaki seakan masih ingin
berjalan dan bertahan dalam penantian yang tak pasti ini. Tuhan..sampai kapan
penantian ini? Sampai kapan aku membodohi diri sendiri seperti ini? Sampai
kapan aku merawat cinta ini? Sampai kapan aku membiarkan dirinya hidup dalam
hati dan pikiran ini? Sampai kapan aku membiarkan dia mengunci hati ini? Dan
mengapa dia seperti tau tapi berpura-pura tidak tau?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar