Sabtu, 08 Februari 2014

sampai kapan



Seperti tetesan air hujan yang jatuh dari langit jatuh keatap , mengalir sampai kedahan pohon , menetes ketanah dan tanpa pernah tau kemana lagi dia akan membiarkan dirinya mengalir. tanpa tau kemana akan bermuara , tanpa tau kemana nantinya iya berakhir , apakah teresap tanah , ataukah tertahan pada genangan atau menghilang bersama arus selokan. Seperti hati , dia tak pernah tau kemana dan bagaimana dia akan berakhir. Apakah harus bersabar menunggu langit mendung itu berubah menjadi cerah? Ataukah memilih pilihan-pilihan yang sengaja disediakan. Membiarkan basah karena hujan , ataukah mengambil payung dan terus berjalan tanpa menghiraukan hujan. Seandainya saja semua pilihan itu bisa dengan mudah dipilih , seandainya saja hati bisa lebih ikhlas membuka pintunya. Aku tak mau dibodohi oleh hatiku sendiri , tapi aku juga tidak sekuat itu mampu melepaskan begitu saja cinta yang terlanjur lama menyatu dengan jiwa ini. Apa yang seharusnya aku pilih? Apa yang seharusnya aku lakukan ? seperti berjalan pada jalan yang panjang dan tak tau berapa kilometer lagi perjalan ini berakhir. Yang terasa hanyalah lelah , ingin istirahat dan menunggu tumpangan. Tapi kaki seakan masih ingin berjalan dan bertahan dalam penantian yang tak pasti ini. Tuhan..sampai kapan penantian ini? Sampai kapan aku membodohi diri sendiri seperti ini? Sampai kapan aku merawat cinta ini? Sampai kapan aku membiarkan dirinya hidup dalam hati dan pikiran ini? Sampai kapan aku membiarkan dia mengunci hati ini? Dan mengapa dia seperti tau tapi berpura-pura tidak tau?  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar